Pasar Besar Malang

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Pasar Besar Malang (PBM) pada tanggal 12 Mei 2010 pada pukul 11.00 WIB adalah sebagai berikut:

1. Letak dan Keadaan Pasar Besar Malang
Dari segi letak Pasar Besar Malang (PBM) terletak di dekat pusat kota. Ini bisa dijadikan salah satu faktor pendukungdi dalam menarik calon pembeli. Pasar tradisional ini terletak di lantai I yaitu tepat di bawah Pasar Modern Matahari. Tempatnya juga cukup luas dibanding dengan pasar yang lainnya. Terdiri dari beberapa bedak atau kios-kios. Pemilik bedak ataupun kios-kios harus membayar sewa tempat, retribusi dan iuran lainnya. Namun, dalam kenyataannya di PBM masih banyak jalanan di dalam pasar yang rusak ataupun lubang. Ada juga jalanan yang masih berupa tanah. Apabila jalanan di pasar itu terkena air, itu membuat jalanan menjadi licin dan becek. Padahal para pedagang sudah membayar retribusi untuk perbaikan jalan. Tetapi, masih banyak jalan yang belum diperbaiki.Di pasar tersebut, terdapat berbagai macam penjual. Contohnya penjual ikan segar, daging, sayur, ayam potong, dan bumbu-bumbu dapur. Terkadang ini menimbulkan bau yang tidak sedap. Bahkan sisa-sisa sayur ataupun sampah berada di pojok-pojok sekitar penjual tersebut. Belum lagi warung-warung nasi yang berada di dalam pasar. Mungkin bagi sebagian kosumen yang belum terbiasa dengan keadaan seperrti itu menjadi ragu untuk makan di warung tersebut dengan pendapat kurang terjamin kebersihannya.

Ini sangat berbeda jauh dengan keadaan pasar modern Matahari yang terletak di lantai III. Tempatnya tertata rapi, terdapat AC, lantainya juga tidak ada yang lubang. Di pasar modern Matahari ini sangat memperhatikan kenyamanan konsumen masuk di pasar modern itu, ada seorang karyawan atau petugas yang siap menyambut kita dengan sapaan “Selamat Datang” atau “Selamat siang.” Dari segi penataan pasar modern Matahari membagi antara baju, sepatu, barag rumah tangga, dan supermarket mempunyai tempat-tempat sendiri-sendiri. Untuk makanan, sayur, buah berada di supermarket dan itu terletak jauh dari bahan sandang. Misalnya barang-barang kebutuhan sandang terletak di depan, supermarketnya berada di belakang. Di pasar tradisional sangat berbeda, pertama kita masuk kita akan disambut dengan pertanyaan dari para penjual “Mau cari apa, Mbak?” atau “Mampir Mbak, ini ada barang murah, lihat-lihat dulu juga gak apa-apa.” Ini adalah salah satu cara bagaimana penjual di pasar tradisional untuk menarik pembeli. Karena barang yang dijual relatif sama dan banyak pesaingnya, para penjual harus aktif berbicara untuk menarik konsumen.
Di lantai II juga tidak jauh berbeda dengan lantai I, hanya saja di lantai II menjual berbagai macam tas, sepatu, sandal, baju, busana-busana. Di lantai II juga menjual barang dagangannya. Terkadang kita juga lngusng dihampiri para penjual dengan membawa barang dagangannya. Misalnya “Mbak, gantungan bajunya, beli Mbak, murah.”

2.Pedagang di Pasar Besar Malang
Di pasar tradisional ini para pedangang dan konsumen membangun interaksi melalui tawar-menawar. Tawar-menawar di pasar tradisional sudah menjadi sutu kebiasaan atau ciri khas dari pasar tradisonal. Di sini para pembeli dapat menawar suatu barnag sesuai dengan keinginannya. Para penjual bisa mematok harga tinggi sehingga nanti terjadi tawar-menawar. Penjual mematok harga tinggi dengan maksud ketika barang tersebut ditawar paling tidak harga masih standard dan penjual masih memperoleh keuntungan.
Suatu contoh pada penjual jambu merah, awalnya penjual menawarkan Rp 10.000/kg. Lalu pembeli menawar “Rp 7000/kg, Pak”
“Gak bisa Mbak, sampeyan tambahi” kata penjual jambu itu.
“Gak wis Rp 7000” kata pembeli.
Lalu pembeli tersebut meninggalkan penjual karena tidak terjadi kesepakatan. Tetapi, ketika pembeli meninggalkan dan hanya beberapa langkah saja “Yo wis, Mbak Rp 7000/kg, gawe pelaris” ujar penjual jambu merah itu.
Akhirnya terjadi kesepakatan harga, padahal penjual dengan harga segitu sudah memperoleh keuntungan. Terkadang penjual ingin mendapatkan keuntungan yang lebih. Ketika pembeli menawar dan tidak sesuai dengan keinginan penjual, dan pembeli tersebut meninggalkannya, penjual tersebut akan membiarkannya. Penjual tersebut beranggapan masih ada pembeli yang lain yang mau membeli barang dagangannya.

Di pasar tradisional, selain ada tawar menawar ada juga istilah nyaur ngamek. Dalam suatu contoh ada seorang pembeli “Bu, ada barang ini?”
Lalu penjual A menjawab “Ada, Mbak.”
Meskipun penjual A tidak memiliki barang tersebut di akan berusaha mencari ke penjual lain. Dengan bermodalkan kepercayaan penjual A mengambil barang tanpa membayar tunai kepada penjual B. Setelah terjadi transaksi, hasil penjualan tersebut akan dibagi dua dengan penjual B. Keuntungan tersebut dimaksudkan sebagai upah karaena penjual A sudah mencarikan pembeli. Meskipun keuntungannya harus dibagi dua dengan penjual B, paling tidak barang dagangan penjual B laku dan masih bisa mencari keuntungan dari pembeli yang lainnya.
Kedaan ini juga berbeda dengan pasar modern Matahari. Para pembeli atau konsumen tidak perlu susah-susah untuk menawar karena harga barang sudah terpasang di barang tersebut. Para pembeli juga dengan mudah memilih barang sesuai harag yang diinginkan. Jika barang tersebut terlalu mahal maka pembeli juga tidak akan mengambil barang itu. Tetapi, jika barang itu harganya murah dan sesuai dengan keinginan pembeli maka, pembeli akan mengambil barang tersebut dan langsung membayar di kassir. Pembeli hanya dipantau dengan SPG di mana yang siap juga melayani pembeli jika pembeli membutuhkan sesuatu. Pembeli juga merasa privacy juga akan terjaga dan tidak perlu banyak membuang waktu untuk berkeliling mencari barang.

Di pasar tradisional masih ada juga yang memperhatikan kenyamanan pembeli. Seperti warung lama milik H. Ridwan. Meskipun terletak di lantai I tetapi warung ini sangat menjaga kebersihan. Dari segi tempat warung ini terletak agak jauh dari pedagang ikan, sayur atau buah. Sehingga warung ini tehindar dari bau yang tidak sedap. Warung ini juga bersih, memang harga makanannya juga agak mahal tetapi, terjamin kebersihannya.
Ada juga toko kue “Kanugrahan”, di toko kue ini terkenal menjual kue-kue atau jajanan pasar yang enak. Meskipun harganya agak mahal per potong kue, tetapi para konsumen dipuaskan dengn bentuk dan rasanya yang enak dan menarik.
Di pedgang pecah belah ada toko “Santoso” yang juga ramai dikunjungi pembeli. Karena barang yang dijual lengkap dan sudah terkenal di kalangan pembeli maka toko ini ramai dikunjungi pembeli. Harga di “Santoso” ini juga sudah dikasih lbel dan tidak bisa ditawar. Suatu “nama” ini juga bisa mempengaruhi pembelian konsumen. Terkadang pembeli lebih percaya karena “namanya” sudah terkenal di masyarakat. Sehingga para pembeli tidak perlu susah-susah mencari barang dan berkeliling mencari tempat yang dituju. Kelengkapan suatu toko terhadap barang yang dijual serta kualitas barang yang dijual juga menjadi bahan pertimbangan para konsumen.

3.Pedagang Kaki Lima di Pasar Besar Malang
Selain para pedagang yang ada di dalam pasar ada juga para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di sekitar pasar tradisional ini. Biasanya PKL ini berjualan di pintu masuk pasar, ada juga yang berjualan di emperan pasar. Barang yang dijual hampir sama dengan para pedagang yang berada di dalam pasar tradisional. Contoh barang yang dijual adalah buah, sayur, kue, dan sebagainya. Selain di luar pasar atau di dekat pintu masuk, di dalam pasar juga banyak terdapat PKL. Biasanya mereka berjualan di depan kios atau pojok-pojok bedak di dalam pasar. Ini membuat jalanan di dalam pasar semakin sempit karena adanya PKL ini. Para PKL ini juga tidak kalah aktif di dalam menawarkan barang dagangannya.

Di pintu masuk merupakan suatu tempat yang strategis di mana orang banyak berlalu lalang. Ini dimanfaatkan PKL sebagai tempat berjualan. Mereka yang aktif terkadang juga bisa menarik pembeli, dengan begitu pembeli tidak perlu lagi masuk ke dalam pasar untuk berkeliling karena di depan sudah tersedia barang yang diinginkan.
Di tempat parkir PKL ini juga berjualan, biasanya kebanyakan dari mereka adalah penjual makanan. Seperti bakso, tahu campur, mie ayam, ayam goreng, dan sebagainya. Dalam kenyataannya mereka juga banyak dikunjungi pembeli. Selin harganya murah tempatnya juga mendukung berada di luar pasar yang tidak diramaikan dengan suasana di dalam pasar. Mungkin keramaian terdengar karena suara kendaraan bermotor yang lalu lalang di sekitar jalan raya. Di tempat parkir juga ada mobil pick up yang mana di gunakan untuk berjualan atau biasa disebut dengan mlijo. Para pedagang ini menjual barang yang sama. Contohnya sayur-sayuran, bumbu-bumbu masak, tempe, tahu, cabe, dan sebagainy. Para PKL ini juga menjadi pesaing para pedagang para tradisional. Mereka yang pintar memanfaatkan tempat-tempat yang ada untuk dijadikan tempat berjualan, memberi keuntungan sendiri terhadap PKL ini.

Komentar

  1. Pasar identik dengan ramai dengan pembeli yang di suatu tempat untuk mencari suatu barang yang di cari bisa kita temukan di pasar. Dan pasar tradisional yang ada di Malang salah satunya pasar besar Malang yang bertempat di tengah-tengah kota, seperti yang saya jumpai di sekitar pasar besar malang terdapat pasar m odern contohnya gajah mada, matahari yang satu lantai dengan pasar besar malang itu sendiri terletak di lantai 3 atau atas dan sebagainya. Konflik yang terjadi di dalam pasar itu sendiri adanya seorang penjual yang curang dengan kecurangan menyelipkan bahan besi yang terdapat di timbangan yang di pergunakan untuk menimbang barang dagangan yang dijual tersebut. Dan mencampur barang yang kualitasnya jelek contohnya membeli buah jeruk 1 kg dengan timbangan yang sesuai pada saat terjadi tawar-menawar yang dilakukan oleh penjual dengan pembeli dan setelah di lihat di rumah oleh pembeli di dalamnya terdapat buah yang busuk serta timbangannya kurang pas atau tidak sesuai dengan ukuran 1 kg. Pembeli tersebut merasa kecewa terhadap penjual buah di pasar. Seperti yang di katakan oleh penulis tersebut bisa mengurangi pembeli atau pelanggan yang datang di pasar besar Malang tersebut atau istilahnya kapok tidak mau kembali lagi. Juga membawa nama baik pasar tradisional jelek di mata masyarakat Malang. Sebaiknya Dinas pasar lebih memperhatikan kembali cara berdagang panjual di pasar tradisional ini. Dengan cara menentukan atau membuat aturan/memberi teguran terhadap penjual di pasar agar tidak melakukan kecurangan yang merugikan masyarakat sekitar. Kalau tindakan seorang penjual tersebut sudah keterlaluan bisa diberi sangsi atau di ajukan kepemerintah pusat.

    BalasHapus
  2. nice article, yang lebih penting untuk saat ini Dinas perdagangan harus lebih memperhatikan dan dapat mengatur sedemikian rupa agar arus dagang di pasar tradisional ini menjadi semakin lebih baik dan teratur.

    BalasHapus
  3. yup,,setuju banget dengan artikel mu,
    coz aku sendiri juga merasakan banyak perbedaan belanja di matahari department store and pasar besar.
    mulai dari barang yang di jual maupun kualitas barangnya, serta kenyaman pelayanan.

    tempat. apabila kita belanja d department store, aku merasa nyaman karena tempatnya yang bersih dan harum, g becek dan g bau pipis. :)

    barang. untuk masalah barang relative sih, tergantung harganyah. di pasar besar pun kita bs memperoleh barang yg bagus asalkan pintar memilih barang. sedangkan d department store sudah dapat dipastikan barang-barangnyah berkualitas tinggi semua.

    harga. harga dpasar besar dapat ditara hingga separoh harga, tapi d department store tidak bs ditawar hanya mengandalkan diskon-diskon tertentu di hari yang tertentu pula.

    BalasHapus
  4. perbedaan di pasar besar malang antara pasar tradisionalnya dengan pasar modern yang terdapat di lantai atas memang sangat jauh berbeda. Di pandang dari segi manapun perbedaan itu sangat mencolok sekali. lebih-lebih dalam soal pengunjung yang datang, kemungkinan lebih banyak pembeli yang bertender di pasar modern karena fasilitasnya yang memadai. dalam hal ini pengelolo pasar sebisa mungkin memperbaiki apa saja yang perlu untuk diperbaiki agar dapat menarik perhatian pengunjung. okey.........

    BalasHapus
  5. Dalam PBM memang bukan hanya terdapat pedagang yang mempunyai izin, tetapi juga banyak terdapat PKL yang ada tanpa izin. Memang seharusnya PKL tersebut ditertibkan, tetapi langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan membenahi dahulu moral para dinas pasar yang telah memanfaatkan keadaan tersebut dengan meminta uang retribusi kepada PKL. Dengan demikian, langkah untuk PKL dapat diamnbil, misalnya dengan memberikan kesempatan kepada PKL untuk mendapatkan tempat yang layak di PBM.

    BalasHapus
  6. dalam pasar besar malang tawar menawarnya ada pedagang yang melihat pembeli itu satu daerah atau tidak seperti di PBM itu pedagangnya kebanyakan yang berbahasa madura jadi jika kita menawar dengan berbasa madura juga kita akan mendapatkan harga yang lumayan murah karna alasanya sama-sama satu daerah.

    BalasHapus
  7. mungkin yang saya komentari pemberian harga terhadap pembeli, kebanyakan para pedagag tidak memperhatikan harga yang telah di sepakati oleh para pedagang-pedagang lainnya.mentang-mentang pembelinya sama-sama satu wilayah dengan si penjual, mereka(pedagang) memberikan harga lebih murah dibandingkan kepada pembeli yang bukan satu daerah. mungkin itu yang harus diperhatikan.

    BalasHapus
  8. Jika para PKL tetap berjualan di area pasar, akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat antar pedagang dan akibatnya para pengunjung yang merasa dirugikan akan merasa enggan datang kembali.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer